Pemprov DKI Jakarta mendukung Peluncuran Buku ‘Dandang Betawi’ sebagai salah satu upaya melestarikan dan merawat warisan budaya tak benda berupa resep tradisional dan resep kuliner langka khas Betawi.
Penyusunan buku tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Ketua TP PKK DKI Jakarta, Fery Farhati (istri Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan) dengan Rusmiati (istri Sekda DKI Jakarta periode 2014-2020, Almarhum Saefullah), bersama dengan Yayasan Nusa Gastronomy Indonesia yang diwakili Chef Ragil Imam Wibowo.
Buku tersebut mencatat resep-resep kuliner Betawi dengan sangat lengkap mulai dari yang mudah ditemukan sehari-hari, hingga yang sudah langka dan sulit ditemukan bahannya. Semua resep masakan tradisional yang tercatat dan cerita maupun temuan mengenai budaya kuliner Betawi didapatkan dari kegiatan riset (literatur dan lapangan) serta wawancara mendalam dengan berbagai narasumber yang mempunyai pengetahuan tentang budaya kuliner Betawi.
Fery Farhati berharap hadirnya buku ini bisa menumbuhkan kembali semangat masyarakat Jakarta untuk menghadirkan masakan Betawi di meja makan keluarga. Selain itu, diharapkan dapat melestarikan budaya Betawi dengan menjadikan buku ini sebagai rujukan atau cinderamata untuk masyarakat yang ingin kenal lebih jauh tentang kuliner Jakarta; atau bahkan bahan berlatih para generasi muda yang ingin menjadi ahli kuliner. Seperti untuk pelatihan di SMK Tata Boga di Jakarta, pelatihan untuk UMKM atau UP2K, penyedia jasa catering, dan lainnya. Dengan harapan kuliner Betawi bisa terus lestari.
“Alhamdulillah, sebuah perjalanan yang panjang bisa sampai di hari ini. Masih terasa prosesnya saat awal menggagas ide, riset sambil mencicipi hidangan Betawi yang otentik hingga ke ujung pesisir Jakarta, berdiskusi soal desain, penulisan dan penyusunan, hingga akhirnya sampai di hari ini. Dalam penyusunan buku kita akan menyadari bahwa asal muasal makanan, hingga kondisi geografis Jakarta ternyata berpengaruh terhadap kebiasaan masyarakat dalam mengolah makanan,” ungkapnya dalam acara Peluncuran dan Selamatan Buku “Dandang Betawi”, di Half Patiunus, Jakarta Selatan, Jumat (30/9) soe, seperti dikutip dari Siaran Pers PPID DKI.
Melalui buku ini, sambung Fery, para pembaca maupun masyarakat umum akan diajak memahami kekayaan kuliner Betawi dari daerah pesisir hingga wilayah selatan yang ternyata memiliki cara yang berbeda dalam mengolah sajian Betawi.
“Semua berawal ketika saya bertemu dengan sosok Ibu yang wajahnya selalu berbinar ketika menjelaskan tentang resep masakan tradisi keluarganya. Beliau adalah Ibu Rusmiati yang saat ini hadir juga di tengah-tengah kita semua. Beliau memiliki pengetahuan yang luas tentang resep masakan betawi turun temurun dari keluarganya,” tuturnya.
Fery menjelaskan, keterlibatan Rusmiati dalam penyusunan buku tersebut karena beliau adalah warga Betawi asli yang tumbuh besar dan melewati masa kecilnya di pesisir utara Jakarta (Rorotan). Rusmiati pun banyak membantu memberikan wawasan seputar menu-menu Betawi mulai dari yang masih mudah ditemukan di rumah-rumah makan, hingga yang sudah sangat langka. Karena bahan bakunya sudah sulit ditemukan.
“Kecintaan beliau akan budaya kuliner ini mendorong kami berdua untuk mendokumentasikannya dalam sebuah buku. Buku yang bisa menjadi bukti persahabatan kami berdua selama bertugas di Jakarta, sekaligus menjadi warisan catatan kuliner Betawi dari generasi ke generasi. Ketika ingin menulis buku, nama Chef Ragil, langsung muncul dalam benak kami. Seorang Chef yang sangat mencintai dan ingin melestarikan kuliner Indonesia. Bersama-sama kami merancang buku yang diberi judul “Dandang Betawi”,” jelasnya.
Fery menuturkan, Chef Ragil dengan kepiawaiannya dalam meramu dan menuliskan ulang resep, membuat buku ini menarik dan mudah untuk dipraktekkan. Kemudian, Ia menambahkan bahwa dalam penyusunan buku tersebut juga dibantu oleh seorang wartawan senior yang juga pecinta kuliner, yakni Andreas Maryoto untuk menyelami sejarah Betawi dan kulinernya.
“Saya bersyukur ini sebuah kerja kolaboratif yang menyenangkan dan membanggakan. Buku ini baru akan terasa manfaatnya jika Ibu/Bapak juga membantu kami untuk menjadi penyambung sejarah dan pelestari kuliner Betawi. Semoga masyarakat dapat mempraktekan resep-resep buku ini di dapur masing-masing. Layaknya sepiring nasi yang bisa matang karena sebuah dandang, semoga semakin banyak kuliner Betawi yang hadir di meja makan karena Buku Dandang Betawi,” tutupnya.
Sementara Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang turut hadir dalam acara tersebut menyatakan, keberadaan buku tersebut selain untuk meningkatkan khazanah literatur kuliner Betawi, juga bisa sebagai wadah perajut kebersamaan, serta menghasilkan kreasi kuliner, setelah mempraktekan dari hasil karya buku ini.
“Mudah-mudahan nanti ada sebuah kegiatan lomba masak-masakan Betawi, dengan memanfaatkan buku Dandang Betawi. Hal ini agar generasi baru semakin mengenal masakan Betawi,” ujar Gubernur Anies.
Menurut Gubernur Anies, Buku Dandang Betawi ini menjadi menarik, karena bisa mengumpulkan, mengompilasi dan menumbuhkan kesadaran pembaca betapa kayanya khaanah kuliner nusantara, terutama khas Betawi.
“Seringkali kita yang di Jakarta ini, kalau ditanya apa masakan Betawi? Keluarnya (dalam pikiran) itu-itu aja, soto Betawi, nasi uduk, dan lain-lain. Apa itu itu saja? Jadi variasi lain begitu banyak yang tidak muncul. Sekarang ada Danang Betawi. Mudah-mudahan makin banyak dari kita bisa memproduksi masakan khas Betawi. Insyaallah nanti akan meningkatkan kegiatan kuliner dan perekonomian kita di Jakarta,” jelas Gubernur Anies.
Bahkan, Gubernur Anies pun menilai berbagai buku yang memuat aneka resep makanan khas daerah di Indonesia, seperti Buku Resep makanan Padang, Manado, Sunda, Maluku, Makasar dan Jawa dan dari daerah lainnya sudah banyak diterbitkan. Hal ini tentu memiliki aneka makanan yang sangat kaya, baik jenis, citarasa maupun tata penyajiannya.
“Tetapi aneka resep yang dimuat dalam buku Dandang Betawi memiliki ciri khas tersendiri, disusun oleh orang yang tahu dan mengenal istimewanya kuliner Betawi dari masa ke masa, warisan budaya orang-orang tua Betawi dahulu kala dan juga di era modern,” pungkas Gubernur Anies.
Sementara, Chef Ragil menamabahkan, membuat resep masakan klasik Betawi sangatlah menantang karena banyak bahan yg sulit didapatkan dan hampir punah.
“Alhamdulilah pada akhirnya bahan-bahan tersebut bisa didapatkan walaupun harus dari kota lain,” pungkasnya, dilansir beritajakarta.id.
Perlu diketahui, di dalam Buku Resep Masakan “Dandang Betawi” ini terdiri dari dua kategori: Resep Masakan Tradisional Betawi mulai dari Nasi dan Lauk Pauk (38 Resep) dan Resep Camilan Tradisional Betawi yang terdiri dari makanan dan minuman (30 Resep). Rencana ke depan Buku “Dandang Betawi” akan tersedia dalam 2 versi.
Versi Hard Cover, akan dibagikan secara gratis kepada pihak-pihak yang dapat menjadi penyambung sejarah pelestarian kuliner Betawi. Seperti tamu-tamu undangan yang hadir di acara Selametan Buku “Dandang Betawi”, para pegiat kuliner, media, perpustakaan, tokoh masyarakat betawi, dan lainnya.
Versi Soft Cover, akan dijual pre order dengan harga yang terjangkau bekerja sama dengan Yayasan Nusa Gastronomi agar bisa diakses oleh masyarakat luas. Keuntungan hasil penjualan akan digunakan kembali untuk pelestarian kuliner betawi dalam bentuk pelatihan memasak, bekerja sama dengan berbagai komunitas dan pegiat kuliner tradisional. Buku “Dandang Betawi” bisa dibeli di Market Place atau Toko Online Rasa Nusa: https://tokopedia.link/vd5l1tN7Etb.
Turut hadir dalam acara Peluncuran dan Selamatan Buku “Dandang Betawi”, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Tim Penyusun Buku, Rusmiati; Tim Yayasan Nusa Gastronomy Indonesia atau Tim Chef Ragil; Para Istri Walikota Jabodetabek; Para Pegiat Kuliner; Media Lifestyle; serta Lembaga atau Instansi yang berkaitan dengan pelestarian kuliner.
Para tamu undangan disajikan aneka ragam masakan atau kuliner tradisional khas Betawi. Mulai dari sajian selamat datang; menu utama yang disajikan dalam satu tampah; hidangan penutup; hingga kopi/teh serta aneka kue Betawi untuk ‘teman’ berbincang di akhir acara. Acara tersebut juga menampilkan Lenong dari Teater Abang None yang dibina oleh Maudy Koesnaedi. (*/cr1)